Bangkit

Bulan-bulan menjelang akhir tahun, ya keadaan benar-benar berubah, sangat tidak disangka-sangka, apa yang gue rencanakan berubah 180 derajat, apa yang gue impikan hilang tak berbekas.

Saat ini yang gue butuhkan hanya satu, sebuah tantangan yang bisa membuat gue bergairah kembali, sebuah tantangan yang bisa menggerakan seluruh persendian gue sampai ke batas yang tanpa batas seperti saat menghadapi ujian CCIE untuk pertama kali nya.

Yang sedang gue pikirkan sekarang adalah harus mencari kemana tantangan tersebut, tantangan yang tanpa cibir mencibir, tantangan yang murni adalah sebuah KPI atau pun tugas yang harus diselesaikan tanpa cela mencela. Sebuah tugas yang tidak menambahkan beban gosip dan omongan lain dalam melaksanakan nya.

Ya itu hal yang sulit, terlampau sulit bisa menemukan keadaan seperti itu di sini. Yang gue hadapi sekarang ini lebih banyak berperang dengan kata hati dan yang ada di pikiran. Antara logika dan perasaan. Sebuah keadaan yang tidak bisa membuat gue menjadi lebih bergairah dari dulu karena keadaan ini sangat boros tenaga dan waktu juga perasaan.

Gue tetap mencari dan masih mencari, impian gue untuk bisa bergabung dengan perusahaan yang memberikan certificate doctoral of IT ke gue masih menggaung di kepala gue. Mungkin impian ini tidak akan pernah kesampaian, akan tetapi bukan sifat gue untuk menyerah di depan.

Yang gue harapkan hanya menyelesaikan sisa bulan di tahun 2010 ini dengan cepat tanpa ada tambah ini itu dalam gosip dan perkataan atau biasa disebut “katanya”.

Ya gue tau ini sulit, seperti yang gue bilang diatas tadi ini memang sulit.

Planning tahun depan untuk bisa mulai gelar master atau expert track lain seperti nya tertunda lagi.

Walaupun untuk bisa menunjang kesempatan gue untuk masuk kesana gue harus membuat gelar expert gue menjadi dua atau tiga.

Yang bisa gue lakukan sekarang tidak lebih tidak kurang hanya berusaha sabar walaupun tekanan tidak ada habis-habis nya, dan yang lebih hebat ini hal yang tidak terlihat tapi sangat terasa.

Mungkin sudah saat nya buat gue untuk mengambil langkah, agar saat gong sudah dibunyikan gue bisa lebih siap untuk memulai. Walaupun hal itu tetap tidak menjadi jaminan untuk berhasil, tetapi tetap saja harus dicoba.

Sekian untaian kata tidak bersambung apalagi menyambung, tidak berarti apalagi di artikan, dan tentunya tidak berguna jika tidak digunakan.

Mengambil kalimat dari Opera Van Java yang di ubah sedikit agar sedikit menjerit.

“Disini Gunung Disana Gunung, Di tengah-tengah nya pulau jawa. Atas nya bingung Bawah nya lebih bingung, Yang penting gue tetep bisa berkarya”

Saat yang tepat

Saat yang tepat dalam pengalaman hidup gue tidak pernah ada. Kadang kita hanya melakukan sesuatu atas dasar lebih pada sebuah insting daripada sebuah perhitungan, dan setelah hasilnya ada maka kita akan berpikir kembali apakah dulu saat kita mengambil sebuah keputusan, itu adalah sebuah saat yang tepat.

Saat yang tepat buat gue adalah saat dimana sebuah perasaan menyesal atau bersyukur itu sudah datang. Saat itulah kita baru bisa menyimpulkan apakah dulu saat kita bertindak atau mengambil keputusan, kita berada pada saat yang tepat.

Oleh sebab itu gue selalu berpegang pada prinsip gue jika setiap waktu dimana gue ingin mengambil sebuah keputusan, gue anggap secara semu jika itu  adalah sebuah saat yang tepat, apakah saat itu adalah saat yang tepat untuk gue syukuri pada akhir nya nanti atau akan gue sesali.

Salah satu teman gue selalu berkata jika setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan kedua. Gue setuju, akan tetapi pengalaman gue berkata lain. Memang setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan kedua, akan tetapi pengalaman hidup selalu mengajarkan jika kesempatan kedua itu jarang ada, oleh sebab itu lakukanlah yang terbaik hari ini seakan-akan esok tidak pernah ada. Oleh karena itu buat gue saat yang tepat itu tidak pernah ada, dan jika ada maka saat yang tepat itu akan ada saat kita berada pada keadaan menyesal atau bersyukur.

Regards

SWD