Saya… termasuk orang yang sangat menjunjung tinggi yang namanya makan keluarga, kenapa? karena di dalam sebuah rumah dimana saja sebagian besar waktu hanya disaat makan saja semua anggota keluarga berkumpul, duduk bersama dan bertemu di meja makan. Dari dulu saat mendiang Papa masih hidup, saya selalu diajarkan etika di meja makan yang sekarang saya terapkan dan turunkan kepada anak-anak. Apa saja itu?
Etika pertama, alat makan yang kita gunakan hanya boleh berada diatas piring kita. Sering kali kita menemui orang makan pakai sumpit lalu sumpit yang sama beredar dari satu piring ke piring yang lainnya padahal sedang makan tengah (istilah yang digunakan saat kita berbagi sayuran dengan orang lain di meja makan). Ini adalah pantangan pertama saya baik kepada diri saya sendiri maupun kepada anak-anak. Jika suatu saat ada yang menggunakan sumpit yang dia makan untuk mengambil sesuatu di piring yang seharusnya untuk berbagi sayur, anak-anak langsung saya larang untuk mengambil makanan yang ada di piring itu lagi termasuk saya juga tidak akan mengambil makanan di piring yang bersangkutan. Semua ini untuk menjaga kebersihan dan bertukar penyakit. Tapi kan itu salah satu bagian dari budaya terutama buat orang cina? oh ya… silahkan berbagi ludah di piring yang sama, tapi saya berhak untuk menjaga kesehatan keluarga saya terutama anak-anak dengan tidak ikut berbagi ludah dengan kalian. Jika kalian merasa hal itu normal dan layak dilakukan, silahkan… dan katakan itu pada COVID-19, tidak perlu donk ada pandemik lain agar kita mau belajar lebih bersih, sehat dan menghormati batasan orang lain?
Etika kedua, tidak bicara saat mulut sedang ada makanan. Ngobrol sambil makan itu memang asik, selain bisa beradu liur yang ga sengaja terbang selama kita berbicara maupun tertawa juga bisa menghidupkan suasana jadi lebih ramai. Tapi… kalau bicara nya saat ada makanan di dalam mulut, itu pantangan kedua saya ke anak-anak. Selain berbahaya karena bisa membuat kita tersedak makanan yang sedang ingin turun ke lambung atau membuat lidah dan bibir tergigit, hal itu juga bisa membuat meja makan jadi tempat saling menembakan serpihan-serpihan makanan yang terbang bersama ludah dari satu sisi ke sisi lainnya. Kita kan mau makan bukan main perang-perangan pakai doplets kan, betul apa betul? Itu kenapa jika saya di ajak ngobrol dan harus merespon atau menjawab, saya akan meletakan alat makan lalu bersandar kebelakang baru bicara. Karena selain hal itu bisa membuat saya tidak berbicara sambil mengunyah sesuatu, juga menjaga serpihan ludah saya yang tidak sengaja terbang saat sedang berbicara bisa sejauh mungkin dari meja makan.
Etika ketiga, setelah makan bereskan piring dan kursi yang kita gunakan. Ini adalah aturan mutlak saya kepada anak-anak. Tidak ada yang boleh main jadi tuan atau pangeran di meja makan karena itu adalah pantangan ketiga saya, selesai makan piring dan semua alat makan angkat dan taro di tempat cucian piring, setelah itu kursi dikembalikan ke posisi semula. Tidak peduli mereka cewek atau cowok yang kebetulan anak saya cowok semua, hal itu harus mereka lakukan setiap selesai makan dimana pun juga. Itu adalah bagian dari belajar disiplin. Lalu apakah saya juga melakukan hal yang sama? iya donk… tidak jaman sekarang ngajarin anak pakai mulut, harus dengan melakukan dan menjadi contoh.
Etika keempat, hanya mengambil makanan yang mampu mereka habiskan. Iya donk… masa mau ambil seenak jidat terus makanan dibuang dengan alasan kenyang, hal itu selain mendidik anak jadi rakus, tidak bertanggung jawab, juga membuat mereka jadi tidak menghargai sesuatu yang membuat mereka hidup. Jika menghargai makanan yang membuat mereka hidup saja tidak mampu, lalu apa lagi arti dari kata menghargai itu sendiri? Itu kenapa sebelum mereka mengotori makanan mereka atau mengambil sesuatu untuk mereka makan, pertanyaan pertama yang harus mereka jawab sendiri adalah “bisa ga saya habiskan?” karena membuang makanan karena ngambil kebanyakan itu adalah pantangan keempat dan saya sangat tegas untuk masalah satu ini, bahkan saat selesai makan saja saya biasakan piring mereka bersih dari nasi maupun makanan lain, mereka harus belajar bertanggung jawab untuk perut mereka sendiri sebelum diberi tanggung jawab yang lebih luas dan besar. Lalu kalau sampai sudah terlanjur gimana? bungkus dan makan lagi di waktu lain.
Etika kelima, makan harus duduk ditempatnya sampai makan selesai. Saya melarang anak-anak makan sambil jalan sana sini, sambil main, sambil nonton, apalagi sambil melamun. Aturan ini menjadi pantangan kelima dan mutlak di rumah saya, tidak ada diantara kami (saya dan istri) atau anak-anak bisa makan di dalam kamar tidur, atau makan sambil jalan sana-sini, atau makan sambil nonton tivi, maupun makan sambil mainan handphone. Kecuali kalian sedang kondangan atau ada acara yang mengharus makan sambil berdiri seperti kuda, makan yang di meja makan, duduk, habiskan makanan mu, bereskan setelahnya, baru silahkan beraktifitas yang lain lagi.
Jika sebuah kegiatan yang dilakukan di tempat yang sebagian besar digunakan sebagai tempat utama seluruh keluarga berkumpul saja seenak dengkul dan jidat, apalagi nilai-nilai tentang respek terhadap makanan yang bisa kita tanamkan kepada generasi berikutnya. Tidak perlu setuju untuk hal ini karena ini (seperti yang saya tuliskan diatas) adalah aturan di rumah saya.
Itu adalah lima etika saya di meja makan yang saya terapkan kepada anak-anak, jadi apa etika yang kalian terapkan di meja makan? ada? atau justru tidak ada?