Mendapatkan pekerjaan di Melbourne sesulit apa?

Saat kami memutuskan untuk mengajukan aplikasi PR Australia dan memutuskan untuk pindah saat PR sudah ditangan, kami sadar jika salah satu tantangannya adalah mendapatkan pekerjaan tetap di Negara baru. Saya akan coba cerita tentang jatuh bangunnya saya dalam hal ini.

September 2015, kami memutuskan untuk pindah ke Melbourne dan meninggalkan semua kenyamanan dan kemapanan yang sudah kami bangun di Jakarta. Kami pindah langsung 1 keluarga karena 1 dan lain hal, memang banyak yang menyarankan jika lebih baik saya datang terlebih dahulu dan setelah mendapatkan pekerjaan baru memindahkan seluruh keluarga saya. Tapi saat itu setelah melalui berbagai pertimbangan dan mengukur kekuatan financial kami, kami putuskan untuk pindah 1 keluarga dan berjuang melawan keadaan di Melbourne bersama-sama.

Saat itu, saya datang dengan sebuah kepercayaan diri yang cukup tinggi karena saya memiliki sertifikat international level expert di bidang IT Networking dibawah salah satu vendor besar dunia yaitu CISCO SYSTEM. Setelah mencoba cari tahu di internet tentang bagaimana kita membuat CV ala Oz, tips agar CV kita lebih mudah diperhatikan, bahkan sampai dibantu istri salah satu sahabat saya di New Zealand tentang bagaimana membuat CV ala OZ/ NZ, dll saya memberanikan diri untuk fight saat itu.

CV mulai saya sebar setelah kami berada di Melbourne, mulai dari menggunakan seek.com.au, melalui agen-agen yang suka sombong dan jual mahal hahaha… maupun melalui beberapa kawan yang sudah terlebih dahulu disini dan sudah memiliki koneksi, mereka membantu meneruskan CV saya ke koneksi mereka. Saya pun mendapatkan beberapa interview saat itu, baik melalui telepon maupun dipanggil on site interview. Sebulan demi sebulan lewat tanpa mendapatkan 1 pun pekerjaan yang sesuai background saya. Untuk menyambung hidup, saya kerja di restoran, pekerjaan yang mudah tapi sangat memerlukan fisik untuk mengerjakannya, belum lagi attitude yang harus kita hadapi tidak sama dengan kita kerja di kantoran hahaha… dulu saat saya menyampaikan hal ini ke manager restoran saya bekerja, dia bilang jika di Australia memang begitu, saya manggut-manggut saat itu, tapi sekarang saya tahu jika itu tidak benar, karena orang-orang disini yang bekerja di kantoran, mereka cenderung lebih sopan (menurut saya). Oke, balik lagi ke cerita awal, jadi saat itu saya bekerja di restoran, penghasilan saya tidak cukup untuk menghidupi 4 orang karena saya hanya mendapatkan 20 jam seminggu dengan 1001 alasan yang tidak masuk di akal saya. Jadi untuk menutupi kekurangannya saya menggunakan tabungan yang saya bawa dari Indonesia untuk menyambung hidup. Kami novena, meminta pertolongan dan jalan agar bisa bertahan di Melbourne saat itu. Untung tidak dapat ditebak malang tidak dapat ditolak, di bulan ketiga tabungan saya tinggal AUD 350 dan saya masih belum mendapatkan pekerjaan.

Saat itu dengan sangat berat hati saya mengajak istri saya bicara, dan kami memutuskan untuk pulang ke Jakarta dulu atau jika tidak kami akan tinggal dijalan bersama anak-anak kami, bagaimana tidak tinggal dijalan jika sewa rumah saja kami butuh AUD 1250 perbulan sedangkan uang kami hanya AUD 350, belum makan, bayar listrik dll.

Saya sampai saat ini masih berusaha mencari pesan tersembunyi dari kepulangan kami saat itu karena saya merasa Novena kami dijawab, karena hari pertama saya mendarat di Jakarta, saya mendapatkan tawaran kerja dari salah satu perusahaan di Melbourne, memang belum 100% pasti bisa join karena proses interview nya cukup banyak tahapnya. Tapi tawaran itu 80% pasti saya dapatkan jika saya masih berada di Melbourne. Tapi ya sudahlah… saya percaya semua akan ada maknanya di kemudian hari, dan apa yang saya percaya ternyata benar, saya melewati 1 tahun yang luar biasa bersama salah satu perusahaan system integrator yang luar biasa juga di Jakarta, dan saya sangat bersyukur untuk hal itu karena kemampuan saya ditempa dengan sangat baik dan meningkat dengan significant dalam kurun waktu yang relative cukup singkat itu.

Selama di Jakarta beberapa kali saya mencoba melempar CV saya ke seek.com.au walaupun saya tahu itu (mungkin) sia-sia karena saya tidak berada di Melbourne. Perusahaan dan agent biasanya malas menghubungi para pencari kerja yang posisi nya tidak berada di Australia.

Desember 2016, saya mencoba menghubungi salah satu kenalan saya di Melbourne, menanyakan jika dia membutuhkan tenaga untuk perusahaan dia yang kemudian berakhir dengan sebuah kontrak kerja ditangan saya. Benar-benar berkat Natal dan menjadi salah satu hadiah ulang tahun terbaik yang pernah saya terima. Januari 2017 dengan berat hati saya mengajukan resign dari perusahaan, kami memutuskan untuk pindah lagi ke Melbourne karena saat ini kami memiliki awal yang lebih baik dimana saya sudah memiliki pekerjaan ditangan.

Februari 2017 kami pun pindah lagi, saat ini kami benar-benar memulai dengan lebih baik (terimakasih banyak untuk kawan-kawan yang sudah membantu kami), kami sewa rumah yang lebih baik, di lingkungan yang lebih baik, dan anak-anak bisa memulai sekolah dengan lebih baik karena kami sudah lumayan menguasai medan disini dari pengalaman kesini pertama kali hahaha… dan lain sebagainya. Waktu berjalan dan keadaan mulai tidak sesuai di pekerjaan saya, saya tidak ingin menyalahkan siapa pun karena semua adalah kesalahan saya yang kurang bisa menyesuaikan diri dan belajar dengan cepat untuk teknologi baru yang ada dihadapan saya. Apapun itu, saya mulai frustasi dan depresi, saya mulai tidak percaya diri, meragukan kemampuan saya, saya mulai mengalami culture shock yang makin hari makin parah.

April 2017, kami novena, doa novena selalu kami panjatkan saat kami berada di ujung tanduk dan sangat membutuhkan jalan. Hari ke 4 novena tiba-tiba handphone saya berdering, saya dihubungi oleh salah satu agent head hunter yang dulu saat 2015 pernah bertemu saya dan dia ternyata melihat di Linkedin saya jika saya sudah kembali ke Melbourne dan mencoba menghubungi saya melalui no HP yang saya tulis di profile Linkedin saya. Saya mendapatkan tawaran kerja dibidang yang sesuai dengan kemampuan saya, di salah satu institusi pendidikan yang jauh berada di utara Melbourne hahaha… saya bilang saya tertarik karena disamping pekerjaannya sesuai kompetensi, gaji yang ditawarkan pun meningkat cukup significant. Hari ke 6 novena saya diajak ngopi oleh agent saya, kami ngobrol kesana kemari dan hari ke 7 novena saya diberi tahu jika besoknya (hari ke 8 novena) saya diminta datang interview ke institusi tersebut. Saya datang dan melakukan interview dengan menggunakan whiteboard (papan tulis) selama kurang lebih 2 jam. Saya diminta menjelaskan tentang IP Telephony, Networking dan cara migrasi system IP Telephony secara umum dan secara CISCO System hahaha…. Mabok sangat saat itu…

Malam nya, saya ditelpon lagi oleh user dan ditanya apakah saya benar-benar nyaman jika harus melakukan proyek migrasi system IP Telephony mereka dalam 3 bulan, yang saya jawab YA dan saya teruskan dengan pertanyaan “jadi gimana? Saya diterima?” dan mereka menjawab “Belum tahu, nanti kami akan update agent lu dan lu akan dapat kabar dari agent lu”

Hari ke 9 Novena, saya mendapatkan telepon dari agent saya mengatakan jika saya diterima dan kapan saya bisa join, wuahhh…. Sungguh tidak terkira syukur saya, sampai lemes lutut saya dan berkaca-kaca mata saya, bagaimana tidak, benar-benar sebuah jalan yang dimudahkan oleh Tuhan. Dan hari ke 9 Novena kami jatuh di hari Rabu, 4 hari sebelum Paskah. Kami menerima berkat Paskah 🙂

Dari cerita ini, saya tidak bisa mengatakan sesulit dan semudah apa mencari pekerjaan di Australia. Karena saya pernah mengalami sulitnya dan saat itu saya juga datang disaat yang kurang tepat karena menjelang akhir tahun, di lain waktu saya pun mengalami mudahnya. Saya pernah merangkum dan membagikan beberapa tips (yang saya yakin sudah banyak di internet sana) berdasarkan pengalaman saya dan bisa dibaca disini, yang mungkin belum tentu bisa sesuai juga dengan kalian karena kesulitan yang kita hadapi pasti berbeda kan.

Beberapa hal yang ingin saya garis bawahi adalah, jangan pernah putus asa dan berhenti berdoa. Mungkin terdengar klise dan umum ya…. Tapi doa benar-benar obat yang mujarab apapun keyakinan yang kita pegang saat kita sedang berada dalam kesulitan. Dan, kesulitan-kesulitan itu pasti bisa kita lalui jika kita tidak menyerah (walaupun saya beberapa kali juga hampir menyerah). Selain itu, dukungan keluarga terutama istri/suami sangat penting, saya sendiri jika bukan karena istri saya yang begitu tegarnya mungkin sudah berada di Jakarta lagi saat ini.

Selamat berjuang 🙂

3, 3

Pagi ini, entah kenapa saya terbangun jam 3 pagi, dalam suhu 3 derajat. Bukan karena dingin karena heater saya nyalakan hampir setiap malam selama musim dingin. Bukan karena saya takut dingin juga kenapa heater saya nyalakan setiap malam, tapi lebih karena anak-anak saya susah banget disuruh memakai selimut, dalam musim dingin sekalipun, haduh… haduh… sudah macam pinguin saja kalian ini…

Segala macam pikiran tiba-tiba menari dengan riang gembira dalam kepala saya pagi ini, entah darimana pikiran-pikiran itu bisa tiba-tiba nongol. Ada 1 pikiran yang paling kuat yaitu tentang pekerjaan, masih ya… sudah sampai disini pun tetap saja gaya kerja di Jakarta tidak bisa lepas begitu saja hahaha…

Tadi (kemarin sore tepatnya) sebelum pulang, leader saya tiba-tiba mengajak saya diskusi mengenai mempercepat sebuah proyek sembari menunggu progress beberapa proyek yang memang sedang saya kerjakan. Oke.. oke… pasti pada bingung bacanya karena tiba-tiba saya memulai ditengah-tengah. Saya jelasin ya dari awal hehehe…

Sejak di Australia, saya kembali kerja jadi tukang insinyur, bahasa gaul nya jadi Engineer hahaha… Nah, karena posisi saya di level Senior Engineer, saya pun dituntut untuk bisa mengerjakan beberapa (kayanya semua kalau bisa hehehe…) teknologi dan sistem. Tahun ini, tempat saya bekerja kebetulan ada beberapa proyek internal untuk mendukung meningkatkan performance bisnis yang memang semakin ganas persaingannya. Beberapa proyek itu adalah saya diminta untuk memindahkan sistem IP Telepon dan Contact Center mereka dari Cloud base (third party) ke In House base dimana menggunakan product CISCO, yang kedua saya diminta untuk mengganti sistem wireless mereka dari In House justru ke cloud tapi walaupun cloud base sistemnya tetap kami manage sendiri, dan penggantian sistem wireless ini juga diikuti dengan beberapa perubahan di network mereka karena ada kaitannya dengan network improvement di proyek ketiga, proyek ketiga adalah network improvement dimana seluruh perangkat campus network mereka akan diubah ke automation dengan menggunakan APIC-EM, lalu datacenter network mereka diubah ke virtual private cloud menggunakan kombinasi NSX dan Cumulus (semacam software yang bisa digunakan di beberapa merek switch tertentu yang memiliki salah satu feature nya yaitu VxLAN, semacam OTP lah kalau di teknologi Nexus nya CISCO), dimana kedua network ini akan terintegrasi ke CISCO ISE. Nah… proyek yang paling bontot adalah memindahkan dan menggabungkan sistem IP Telepon yang ada di regional ke sistem yang ada di Melbourne.

 

Jadi ceritanya tempat saya kerja mengakuisisi 1 perusahaan di regional sana, nama kotanya Bendigo, regional itu semacam Bogor lah kalau di Jakarta, lalu ada ide untuk membuat semuanya terpusat di Melbourne, dimulailah wacana untuk mindahin sekalian gabungin tuh sistem ke Melbourne. Semestinya proyek ini jadi proyek terakhir, atau setidaknya dikerjakan setelah sistem yang sekarang ada di cloud sudah kami pindahkan ke in house, tapi tiba-tiba diminta dipercepat. Jadi bangun lab karena banyak tes ini itu di lab deh…

 

Yang jadi tantangan nya adalah bukan karena bisa atau tidaknya saya melakukan itu, tapi informasinya benar-benar sangat terbatas hiks…. sama seperti sistem yang ada di Melbourne ini, sistem yang ada disana pun tidak ada dokumentasinya, dan orang-orang yang mengerti sudah pada pergi. Mateng kan tuh pakai gosong…

Tapi ga papa, semua harus bisa kita atasi, minggu depan jadi super sibuk saja karena harus ngebut mempersiapkan sistem di Melbourne agar siap menampung semua license dan user yang akan dipindahkan itu. Belum strategi nya agar call flow tidak putus secara di regional menggunakan 3 digit dan di Melbourne 4 digit, jiahh…. another challenge deh…

Karena mengerjakan proyek-proyek diatas tadi, saya jadi belajar banyak tentang Microsoft, secara Voicemail sistem menggunakan Exchange, dan saya harus banyak bermain dengan domain controller dan DHCP untuk mempersiapkan konfigurasi di network agar bisa berfungsi. Belum lagi main dengan VmWare secara semua sistem telepon mereka ada di Virtiual semua. Mabok bombay sih… tapi positifnya adalah saya jadi belajar banyak hal baru, tidak hanya networking dan voice saja, tapi sampai ke sistem lainnya. Jadi super engineer deh hahaha… ga juga lah, disini umum kok seorang engineer harus bisa menguasai beberapa hal, karena dituntut untuk bisa se-mandiri dan se-auto-pilot mungkin.

Sebetulnya awal-awal saya rada shock dan kagok sih, secara sudah 5 tahun lebih tidak benar-benar totalitas di level teknis, lebih banyak main di level desain dan konseptual. Tapi semakin kesini (untungnya) saya bisa semakin menikmati proses ini, karena seru loh… bisa belajar hal baru, konsepnya dan membuatnya berfungsi, disini juga saya jadi sentuh konsep contact center walaupun yang level express, trus CUIC dan Finesse nya yang buat saya dulu adalah barang aneh eh.. sekarang malah saya troubleshoot sampai jalan, belum lagi CISCO ISE yang ribetnya amit-amit, semua ini bisa mungkin juga karena saya memang dari dulu jiwanya Engineer kali ya hahaha… kan saya itu Engineer by default. 🙂

Jadi deh 1 postingan gegara ga bisa tidur, ngetiknya sambil kedinginan pula karena saya tidak menyalakan heater di ruang TV hehehe… sayang bayar listriknya. Ngomong-ngomong bayar ya… bulan ini saya dapat bill dari pemakain air 3 bulan sebelumnya sebesar AU$ 153, sampai terkaget-kaget saya kok iya mahal bener ya, eh… setelah dibaca kebawah ternyata saya hanya perlu bayar AU$ 53 saja karena AU$ 100 di rebate pemerintah, wuih…. ada apa ya gerangan? karena tidak ditulis alasannya kenapa direbate, baik bener pemerintah sini.

Udah gitu saya dapat tax return hampir 80% yeayy… di Australia financial year nya tutup di bulan Juni, jadi bulan Juli dah pada siap-siap lapor pajak tuh dan dikasih waktu 4 bulan sampai Oktober, nah… disini ternyata cara hitung financial year tax nya benar-benar 12 bulan, karena saya kerja dari Februari 2017 sampai Juni 2017, jadi total penghasilan saya tetap dianggap dari Juli 2016 sampai Juni 2017. Yang artinya total gaji 5 bulan saya dianggap penghasilan 12 bulan, dan itu langsung impact ke perhitungan pajak sehingga pajak yang harus saya bayar jadi lebih kecil. Kenapa bisa begitu, karena disini pajak dipotong maksimal dulu baru setelah itu dibalikin ke kita.

Kok bisa? jadi gini, disini pajak itu berjenjang, misalnya ya (ini cuma ilustrasi kasar ya…) kalau dalam 1 bulan kita punya penghasilan katakanlah $1000, maka dalam 12 bulan kan $12000, misal $2000 pertama kena pajak 5%, $3000 berikutnya kena 7%, $4000 berikutnya kena 9%, $5000 berikutnya kena 10%, dan berapapun angka setelahnya kena 15%. Jadi total pajak yang harus dibayar dan sudah dipotong adalah ($2000 x 5%) + ($3000 x 7%) + ($4000 x 9%) + ($3000 x 10%) = $970 ($100 + $210 + $360 + $300). Kok terakhir cuma 3000? karena kan total $12000 hehehe….

Nah, balik ke hitungan yang saya, karena saya kerja cuma 5 bulan, jadi kan total setahun saya hanya $5000, balik ke hitungan yang diatas seharusnya pajak yang saya bayar kan ($2000 x 5%) + ($3000 x 7%) = $310 saja bukan $970. Jadi saya dibalikin uang nya sebesar $660 deh sama pemerintah hahaha.. baek bener ya, dan proses nya ga pakai ba bi bu loh… semua online dan ga dipersulit. Coba kalau disana (disana tuh….) sudah kita sodorin yang merah muda saja kadang masih ribet ruwet kaya benang layangan kusut…

By the way, jangan tanya mengenai hitungan diatas ya, itu ilustrasi kasar saja, kalau mau detailnya gugel saja ATO, ntar baca sendiri di website nya hehehe… yang pasti pajak yang kita bayarkan dilaporkan balik ke kita di setor kemana saja, lebih sangat transparant.

Terus tahun depan gimana? ya ga bakalan dapet sebesar itu lagi karena saya kan pertahunnya benar-benar 1 tahun hahaha…. tapi masih dapat tax return kok karena istri saya kan full time mommy, dan saya ada 2 anak yang masih dibawah 16 tahun, besaran returnnya saya ga tau soalnya belum pernah klaim yang setahun. Eits… sebentar, apa jadinya kalau ternyata kita kurang bayar? ya akan ditagih sama pemerintah, kok bisa kurang bayar? ya bisalah, contohnya lu main jual beli saham, atau ada investasi lain dan dapat untung.

Saya secara pribadi tidak merasa sakit hati atau keberatan sih bayar pajak disini, walaupun amit-amit ya motong nya, tapi semua itu kembali kepada saya juga dalam bentuk fasilitas umum yang bersih dan dirawat, pelayanan kesehatan dan lainnya, pendidikan untuk anak saya, perpustakaan, jalan yang baik dan terawat dll. Belum lagi bentuk-bentuk tunjangan yang saya dapat karena single income, walaupun semakin tinggi gaji saya akan semakin rendah tunjangannya ya, tapi kan balik lagi saya masih diperhatikan sampai segitunya, sudah kesehatan dan pendidikan gratis, masih dikasih bantuan dana setiap bulan kurang baik apa coba.

Ya apapun itu, sekali lagi setiap tempat ada plus dan minus nya ya hehehe…. kembali kepada diri masing-masing mau ngejar apa dalam hidup. Baiklah…. sekarang mau coba tidur lagi ah… moga-moga bisa tidur sebentar soalnya hari ini sudah janji sama unyils mau ajak mereka ke open range zoo di Werribee, nyetir 1 jam hahaha… ga papa lah karena melihat ekspresi di muka polos mereka itu tidak tergantikan hahaha…

Proses mendapat restu

Tinggal di Negara maju dan tertib seperti Australia membuat kita mau tidak mau juga jadi ikutan tertib. Contohnya dalam urus mengurus SIM, disini untuk bisa mendapatkan SIM Australia kita bisa mengajukan konversi dari SIM kita di Indonesia. Jadi kita bisa langsung mendapatkan Full License Australia jika kita sudah memegang SIM A lebih dari 3 tahun dan lulus saat SIM kita di cek oleh pihak yang berwenang mengeluarkan SIM disini.

Di Australia badan berwenang yang bisa mengeluarkan SIM namanya VicRoad (search saja website nya), bukan Polisi seperti di Indonesia loh… dan SIM nya sendiri terbagi menjadi 4 level, dimulai dari learner permit (L), probation 1 (P1), probation 2 (P2), dan full permit. Selain full permit, mobil yang dikendarai oleh orang yang memegang permit lain harus menempelkan semacam plat huruf L, P1 atau P2 di mobil yang dikendarainya. Mengenai apa, kenapa dan syarat 4 level tersebut baca sendiri ya di web nya VicRoad, panjang soalnya dan takutnya saya malah salah jelasin hahaha…

Nah… kan tadi saya bilang bisa di konversi ya, ternyata setelah di cek di web mereka yang bisa langsung di konversi di full license victoria (nama keren SIM Oz untuk negara bagian Victoria dimana Melbourne jadi ibu kotanya) adalah SIM dari negara tertentu saja, dan Indonesia termasuk…. jeng… jeng… jeng… jenggg…. Bisaaa horee… TAPI tetep harus lulus ujian 3 tahap dulu huaa… hikss… lemes deh langsung saya secara ga pernah bawa mobil disini kan…

Kalau SIM kita dari (yang saya ketahui, cek sendiri lagi ya) Singapura, UK, NZ, atau USA maka bisa langsung diubah ke full permit oztrali tanpa harus tes lagi, ya eyalah… secara disononya buat dapet SIM kan tes nya beneran di tes ga asal lirik-senyum tau-tau SIM dah didepan idung kaya sulap hehehe….

Karena Indonesia tidak termasuk dalam list yang diperbolehkan direct convert, terpaksa deh saya belajar lagi aturan-aturan lalu lintas dsb tiap malem. Enaknya, disini kita bisa donlot yang online untuk buku aturan lalu lintas nya dan itu gratis, atau beli bukunya di kantor VicRoad. Yah… karena saya pelit jadi saya donlot aja deh, trus saya upload ke HP untuk jadi bahan bacaan selama saya di kereta atau tram. Setiap tes ada panduannya dan ada versi online nya, lumayan lah menolong urusan kantong hahaha…

Tes pertama yang harus saya lewati adalah tes pengetahuan tentang aturan jalanan di Victoria baik secara umum maupun khusus (karena setau saya di setiap negara bagian punya aturan khusus sendiri-sendiri) seperti contohnya aturan roundabout di victoria, semacam lingkaran di persimpangan yang mengharusnya pengendara selalu mendahulukan pengendara dari kanan, nama keren tes nya kalau ga salah learner permit knowledge test, entahlah baca sendiri saja di web ya. Tes pertama ini biayanya AU$ 41.06 untuk sekali tes, kalau gagal gimana? Ya bayar lagi hehehe… intinya kalau tes ini belum lulus ya ga bisa maju ke tahap berikutnya. Tes ini adalah tes di depan komputer menjawab pertanyaan dengan konsep pilihan ganda. Cara tesnya kita harus booking dulu jadwalnya dengan langsung daftar di kantor VicRoad atau secara online, yang ternyata rame banget yang mau tes hahaha… saya dapat jadwal 2 minggu dari hari saya daftar.

Tes kedua adalah tes mengenai potensi bahaya, nama keren nya Hazard Perception Test. Tes ini juga pakai komputer, kita akan dihadapkan dengan rekaman-rekaman yang ada instruksi dan di setiap rekaman kita akan diminta untuk melakukan sesuatu (misalnya ngerem, belok, nyalip dsb) dengan melakukan klik pada mouse komputer. Misalnya kita dihadapkan dengan sebuah rekaman dimana kita sedang mengedarai mobil dengan posisi akan belok kanan, lalu instruksinya adalah “klik mouse jika kita merasa aman untuk belok kanan” nah… di video itu bisa macam-macam ya kondisi jalannya… kalau saya pas tes di soal yang satu itu dapet posisi dimana dari arah depan banyak mobil berdatangan dan ada 1 masa dimana saya bisa belok dengan aman trus saya klik deh hehehe… sayang saya ga tau di soal itu bener ga karena hasil tes nya berupa summary. Intinya tes yang satu ini mau menguji kemampuan kita dalam mengambil keputusan di jalanan dalam berbagai kondisi dengan menganalisa dan mengatasi berbagai potensi bahaya. Tes ini sendiri biaya nya AU$ 35.64, dan saya dua kali harus mengambil tes ini karena gagal sekali hikss… sebulan sendiri deh buat lulusin tes kedua ini karena saya maunya ambil tes di VicRoad dekat tempat kerja jadi ga usah ambil cuti seharian dan jadwalnya penuh terus.

Tes terakhir adalah tes membawa kendaraan langsung di jalan yang nama kerennya Driver Test, horee… dah terakhir, tapiii…. ini menurut hasil analisa adalah yang tersulit dan paling banyak ngulang, rata-rata pada ngulang 3 kali buat lulus hahaha… langsung pening dah pala saya, dalam tes yang terakhir ini kita menjadi supir dan mengendari mobil beneran, di jalan beneran, ditemani 1 atau 2 petugas VicRoad yang akan memberikan instruksi selama dijalan dan menilai apakah kita sudah layak membawa kendaraan dijalan atau belum, instruksinya umum kok seperti “setelah lampu merah pindah jalur ke kanan/kiri”, “didepan belok kanan/kiri”, “kalau aman putar balik dengan metode 3 titik”, umum kan? Lah… terus apa donk yang bikin susah? Yang bikin susah adalah cara kita pindah jalur, cara kita pindah jalur saat ada 2 jalur yang menjadi satu jalur, cara kita belok saat belok di jalan biasa atau yang ada jalur sepedanya, cara kita putar balik, cara kita menyesuaikan kecepatan kendaraan dengan petunjuk batas kecepatan di jalan-jalan apalagi jam sekolah dan cara-cara lainnya, baca sendiri yak… ada panduannya di web xixixi…

Tes ini dibagi 2 tahap, dimana tahap pertama adalah instruksi dasar di jalanan yang lebih sepi dan kalau point kita lulus baru dilanjutkan ke tahap kedua dimana instruksi nya lebih kompleks dan dijalanan yang lebih ramai. Walaupun ini murni penilaian dari petugas VicRoad, kita tidak perlu kawatir dikerjain karena mereka tidak bisa disogok (jangan nyoba nyogok yaa… yang ada ntar SIM ga dapet malah berakhir di penjara) dan kerja sesuai aturan, kalau lulus ya lulus kalau ga dikasih tau salah atau kurang sesuai dimana, jadi tenang aja kemunkinan dikerjain kecil bingits kok hehehe… tes ini biayanya AU$ 60.94 dan tes ini kan menggunakan mobil, dan VicRoad tidak menyediakan mobilnya, jadi kita bisa pinjem mobil orang lain, sodara atau temen baek, atau bisa sewa sama driver instruktur. Kalau sewa sama driver instruktur bisa pilih sewa mobilnya doank atau pakai belajar dulu terserah kita. Saya saat kemaren karena bingung mau pakai mobil siapa jadi cari-cari driver instruktur dan sewa mobil dia plus 1 jam pelajaran sebelum test dimulai. Sewa mobil plus 1 jam pelajaran membuat saya harus bayar AU$ 200 hikss… mahal yak… tapi jadi motivasi kalau tes nya jangan sampai ngulang hehehe… karena sakit dan nyengat bayar sewanya. Saat akan mulai tes nya, mobil kita akan di tes kelayakannya sekalian menguji pengetahuan kita tentang cara nyalain lampu sein, rem ada dimana, rem tangan yang mana, bisa ga nyalain lampu besar dan lampu sorot. Jadi sebelum dimulai tes nya, petugas akan minta kita “nyalakan sein kanan, sein kiri, lampu depan, lampu atas, lampu hazard, wiper” trus dia pindah ke belakang “injek rem, sein kanan, sein kiri, lampu hazard” trus dia masuk ke mobil dan minta kita menunjukan “mana rem tangan, mana penghangat kaca depan untuk usir embun/es, kaca belakang” trus dia baru instruksikan “nyalakan mobilnya, saat aman arahkan ke jalan” nahh… baru deh tes dimulai.

Saat petugas sedang minta kita nyalain ini atau itu, tunjukin ini atau itu dan kita gagal melakukan salah satu nya, iya… cuma salah satunya… tes langsung di batalin karena kita dianggap tidak mengerti bagaimana mengoperasikan mobil hiks… dan instruksi semua dalam bahasa inggris aksen british ya. Oke, balik ke dimulainya tes, bahkan dari kita menyalakan mobil dan siap-siap menjalankan mobil pun sudah harus pakai sein kiri/kanan (tergantung kita mau belok kemana), trus celingak celinguk lihat kanan-kiri apakah sudah aman buat menjalankan mobil atau belum, lah… tapi kan masih dalam parkiran? iya, dimulai dari sini hazard tes yang sudah lulus itu di tes lagi hahaha… kalau kita maen nyelonong saja gimana? Ya disuruh langsung parkir lagi dan tes gagal  so, interesting isn’t it?

Nahh… setelah lulus ketiga tes itu baru deh kita dapat SIM nya yang sudah langsung full permit karena kan kita sudah full permit saat pegang SIM A hehehe… kita akan dikasih dulu SIM sementara bentuk nya kertas dan bisa digunakan (berlaku) selama SIM kita yang sebenarnya yang dikirim ke alamat kita belum kita terima, dan SIM itu akan kita terima maksimal dalam waktu 10 hari kerja, jadi bisa dibilang SIM kertas sementara itu berlaku 10 hari kerja hahaha…

Untuk masa berlaku, SIM di Australia bisa pilih antara 3 tahun atau 10 tahun, karena saya ga mau pusing hahaha… saya langsung pilih 10 tahun. SIM beneran nya seperti ini nih.

Nah… setelah disuruh bayar baru nyengir kuda deh… mahal booo… untuk 10 tahun kita harus bayar AU$ 267. Kalau ditotal ya, saya habis AU$ 640,28 huaa… mahal yaa… coba kali Rp. 10.000 aja udah hampir 6,5 juta Rupiah.

Seperti apa hidup di Melbourne?

Menjadi diaspora sebetulnya tidak pernah terbersit dalam kepala saya, setidaknya sampai dengan kelahiran anak pertama saya. Gimana mau mikir jadi diaspora, bisa memiliki rumah sendiri walaupun ukurannya imut-imut saat itu sudah senang bukan kepalang karena saya kan berasal dari tidak punya apapun selain otak di kepala saya yang ya… so.. so.. jreng… lah… dan sebuah semangat yang keras kaya batu akik yang kadang sering mlempem juga sih hahaha…

Ya… apapun itu, saat ini saya adalah seorang diaspora, saya menjadi diaspora di Negara yang terletak di pulau hampir paling selatan dari bumi, dan berusaha memberikan yang terbaik bagi kedua putra kami.

Pindah ke Melbourne itu hampir seperti cerita dongeng buat saya, beneran deh… tidak pernah terbersit sedikitpun saya bisa pindah dan hidup disini, di kota yang dulu sering jadi lamunan saya karena kota ini kan terpilih jadi kota paling layak sedunia 6 kali berturut-turut. Saat itu saya ngelamun “seandainya bisa bawa anak-anak dan istri saya ke kota paling layak sedunia, rasanya seperti apa ya??”

Eh, ternyata dari lamunan itu saya jadi kepengen beneran, jadilah gerilya kesana kemari nyari jalan untuk bisa pindah kesini. Dannn… disinilah kami saat ini, berdiri ditanah Australia, negara para kangguru yang begitu cantik, tertib dan bersih. Kami bisa berdiri didepan stasiun Flinder yang terkenal itu, jalan ditepi sungai yarra dan bercengkerama di Federation Square.

Walaupun… awalnya ga gampang sih, dari persiapan apply PR dll, lalu pindahan, lalu penyesuaian (nah… yang satu ini berat coy… berat… saya hampir nyerah dan sampai sekarang pun masih suka merasa berat walaupun kadang-kadang). Sekarang kami sudah disini, tinggal disini, makan disini, p** disini, dan segalanya. Anak-anak juga sudah sekolah disini, yang girang bukan kepalang dan minta sekolah mulu… ajib dah… perasaan dulu saya ga segitunya kalau ke sekolah hehehe…. beda kali ya…

Oke, sekarang saya mau coba kupas apa saja sih kelebihan hidup di negara maju seperti Australia ini, ehm… kayanya saya pernah nulis juga deh mengenai ini, tapi ya sudahlah, anggap saja pembaharuan ciee…

Kelebihannya negara kangguru ini,

  1. Kebersihan
    Nah…. untuk urusan yang satu ini memang jauh kalau dibandingkan Jakarta. Dulu saat bos Ahok masih menjabat, saya sempat punya secercah harapan kayanya Jakarta bisa nih sejajar dengan kota-kota besar di Negara maju lainnya dalam hal kebersihan. Tapi… ya sudahlah, itu pilihan kalian kalau mau mundur lagi kebelakang but… saya sekarang disini dan sedang menikmati kebersihan kota ini. Kota ini bisa bersih seperti ini setelah saya amati memang berasal dari penduduknya yang memang peduli, jadi mereka dan saya sebagai pendatang saling menjaga satu sama lain kebersihan dikota ini, tempat sampah pun sampai ada dimana-mana, dan kesadarang untuk membuang sampah pada tempatnya sudah ditanamkan dari dini dan dijaga sampai nanti. Yang pasti disini saya jarang banget lihat kantong plastik lah… botol bekas lah… apapun itu yang disebut sampai berkeliaran dijalanan.
  2. Ketertiban
    Nahh… apalagi yang ini, haduh… jauh dah kalau dibandingin Jakarta, bukannya bermaksud bandingin ya, tapi jadikan ini sebagai kritik yang membangun. Disini itu ketertiban benar-benar dijaga dimana saja. Dijalanan 99% mematuhi rambu-rambu, jadi ga asal serobot ga mau kalah. Kok 99%? ya tidak ada yang sempurna kan? disetiap tempat pasti ada orang-orang bren***k yang ga mau diatur dan merasa dirinya paling benar, tapi kan kembali lagi ke banyak tidaknya. Selain itu, budaya antri juga sangat dijunjung tinggi, ga dijalan, ga ditempat umum, ga dirumah makan, antri ya antri. Budaya malu juga kuat ya, jadi kalau ada yang main serobot yaa.. antara dia kebelet udah diujung keluar dikit atau memang isi kepalanya tinggal dikit hehehe…, hasilnya jadi seneng aja ngeliat pada tertib dan saling bertoleransi. Hal ini juga terjadi saat macet, jadi tidak ada tuh saling nutupin jalan orang lain, di perempatan jika masih tidak bisa maju ya ga akan maju hanya karena sudah lampu ijo, karena akan menghalangi kendaraan dari jalur kanan atau kiri sehingga terjadi deadlock. Seandainya di jalanan Jakarta bisa seperti itu ya…. setidaknya macetnya lebih cepat terurai. Dan satu lagi, disini kalau macet ga ada polisi yang atur jalanan, masing-masing dengan kesadarannya saling menjaga dan memberi, jadi macet juga cepat lepas. Balik lagi sih ke mental dan budaya…
  3. Keamanan
    Kalau soal keamanan, ya tergantung daerah juga sih, tapi… disini tentu jauh lebih aman dan stabil dari Jakarta. Disini relatif tidak terlalu sering yang namanya jambret, copet, nodong, dll. Walaupun tetap harus hati-hati. Saya disini tidak separno saat di Jakarta, anak-anak saat main di taman bisa saya lepas dan amati dari kejauhan tanpa terlalu kawatir mereka ada yang nyulik dll.
  4. Keasrian
    Kota Melbourne ini adalah kota sejuta taman, beneran banyakkk banget tamannya. Dan tamannya bagus-bagus, terawat, dan bersih. Setiap taman most likely ada tempat bermain anak-anak, jadi yang namanya main-main ke taman bisa jadi hiburan gratis buat anak-anak saat mereka bosen, selain itu mereka juga sehat karena olah raga kan, apalagi udaranya bersih banget, setidaknya jauhhhhh lebih bersih dari Jakarta hehehe… Beberapa taman disini dibekali tempat BBQ an, gratiss… beneran gratis, tapi ya tau diri lah… abis pakai dibersihin lagi, karena yang mau pakai kan ga cuma kita, nah…. balik ke no 2 tuh… balik ke mental ya…
  5. Pendidikan
    Pendidikan disini bisa dibilang sudah establish ya, dan Australia sistem pendidikan nya termasuk 10 besar dunia loh… anak kami disini setiap mendengar sekolah langsung berbinar-binar dan minta masuk hahaha… 180 derajat dengan saat di Jakarta, disuruh bangun pagi saja aduh… aduh… susahh… makjang. Disini walaupun sekolahnya lebih banyak disampaikan dengan bermain, tapi perkembangan anak saya sangat baik, terutama di sosial, etika dan mentalitas nya. Mereka selalu diajarkan untuk mengucapkan 3 kata dalam kehidupan sehari-hari yaitu please untuk minta tolong/ sesuatu, thank you saat sudah meneriman sesuatu, dan sorry saat melakukan sesuatu yang tidak sesuai. Dilain pihak mereka juga belajar antri, belajar perfom, belajar menjelaskan apa yang mereka suka kepada kelas, belajar eksplorasi bakat mereka, belajar mencintai lingkungan, menanam tumbuhan dan lain sebagainya. Justru ajaran-ajaran seperti hitung-hitungan, membaca, dan materi lain seperti di Jakarta sangat minim diberikan. Bagi orang sini, menanamkan etika dan budaya yang baik lebih sulit dari membaca dan berhitung. Bener sih… jadi ga salah juga saya mati-matian kesini walaupun berat.
  6. Fasilitas Umum
    Fasilitas umum disini semakin maju seiring dengan kemajuan kotanya, yang namanya transportasi umum, perpustakaan, taman, trotoar, jalan, dll. dibangun dan diperbaiki dan diupgrade terus. 1 hal yang pasti jika saya perhatikan adalah semua fasilitas umum yang dibangun selalu diprioritaskan agar bisa mengakomodasi orang-orang cacat dan manula. Keren ga tuh… dan fasilitas umum disini itu dijaga sama-sama oleh warganya, ya… memang ada beberapa orang kam***t yang suka merusak, tapi sedikit lah jika dibandingkan yang mau jaga. Yang pasti, kota ini berusaha membuat kehidupan kami disini menjadi lebih nyaman setidaknya bisa tamasya menikmati alam tanpa harus bayar sepeserpun saat kami ke taman atau beberapa tempat yang memang dibuka secara gratis, balik lagi… bisa begitu karena yang datang menikmati juga tau diri ga merusak, ga nyampah, ga ancurin dll.
  7. Jadi Karyawan
    Kerja disini sebagai karyawan beda dengan saat saya kerja di Jakarta, disini yang namanya family time dijaga banget, kita tidak akan diganggu jika tidak dalam keadaan kepepet bangett nget, dan jika sampai disuruh overtime itu artinya tidak ada cara lain lagi, eits… disini tidak ada cara lain lagi itu bener-bener loh… jadi bukan sengaja diada-adain. Disini juga sistem gajiannya rata-rata per 2 minggu, enak ya per 2 minggu gajian hahaha… dan dalam bekerja perusahaan diharuskan membayar superannuation minimal 9,5% dari gaji kita untuk dana pensiun nanti. Satu lagi, jadi karyawan disini tidak berarti trus hidup kita akan lebih susah dari yang usaha ya… ga… malah ada yang jadi tukang batu tapi gajinya diatas saya yang jadi network engineer, bedanya cuma di 2 hal, 1 dia kerja bisa ga tentu jam nya, dan biasanya kerja casual ga ada cuti, kecuali jadi tukang batunya sebagai karyawan tetap di sebuah kontraktor kali ya… ga tau juga sih…
  8. Kendaraan Umum
    Di Melbourne ada 5 model transportasi umum, pertama dan paling reliable adalah kereta (metro) dengan warna pengenal biru, transportasi satu ini jarang telat dan pasti berhenti disetiap stasiun kecuali yang express. Yang kedua adalah tram dengan warna pengenal hijau muda, nah… yang kedua ini jadi ikon juga di kota melbourne, kota dengan jalur tram terbanyak di dunia hehehe… cara naiknya kita harus awe-awe di tram stop dan musti narik tali atau mencet tombol didalam tram jika ingin berhenti di tram stop berikutnya, relatif lebih mudah karena biasanya tram stop itu lewat daerah-daerah pertokoan jadi lebih gampang lihat tandanya. Yang ketiga adalah bus dengan warna pengenal merah, hemm…. kalau yang satu ini saya rada males naik soalnya suka telat dan rada susah melihat bus stop nya, jadi kita harus memberi tahu supir jika ingin turun di bus stop berikut dengan menekan sebuah tombol, nah…. buat ancer-ancer next bus stop kita musti turun atau tidak agak susah kalau kita belum mengenal medan hehehe… Yang ke empat adalah Taxi dengan warna pengenal kuning atau abu-abu, yang satu ini kalau kepepet deh… abis mahal hahaha… dan yang terakhir dan paling baru adalah….. UBER.
  9. Emergency Teams yang responsif
    Angka untuk darurat di Melbourne (mungkin seluruh australia) adalah 000. Saat kita menelpon 000 (kata mereka yang sudah pernah loh ya…) akan ditanya butuh medis, polisi, atau pemadam kebakaran. Tapi jika kita memberi tahu ada yang terancam nyawanya maka salah satu dari mereka yang paling dekat akan datang duluan memberikan pertolongan. Dulu sempat saat kami naik tram malem-malem, di tram stop ada yang ambruk, spontan ada orang disana yang nelpon ke 000 dan yang pertama sampai (tidak sampai 5 menit) adalah pemadam kebakaran, mereka langsung memberikan pertolongan pertama dengan memberikan CPR sambil menunggu Ambulance (10 menit kemudian) sampai. Nah…. kalau sudah ada sirine yang meraung-raung, semua pengguna jalan disini akan minggir memberikan jalan, dan saat jalanan macet maka mobil ambulance, polisi maupun pemadam akan menggunakan contra flow, dan yang dari arah itu akan minggir semua memberikan jalan… ga kebayang kalau mereka disuruh tugas di Jakarta saat jam pulang kerja hahaha….
  10. Basa basi ramah
    How are you?”, “How is going?”, “G’day” adalah sapaan yang umum terdengar disini, orang-orang disini sangat suka basa basi, sekedar bertukar pertanyaan apa kabar adalah cara sopan mereka berinteraksi. Awal-awal saya disini, saya sering kagok dengan hal-hal yang terlihat sepele seperti itu, suka ga nyadar kalau saya harus tanya balik atau sekedar menjawab dengan akhiran terimakasih, pernah suatu kali saya bertemu si A terus ditanya apa kabar, saya jawab baik terimakasih tapi ga nanya balik, dia bingung gitu tapi akhirnya nyadar kalau saya baru nyampe Australia, eh 3 jam kemudian bertemu lagi dan dia nanya lagi, terus saya diem saja cengar cengir karena saya bingung bukannya tadi udah ketemu ya hahaha… kacau, tapi hal seperti inilah yang membuat basa basi menjadi menarik, kita juga pastinya seneng donk ditanyain kabarnya saat bertemu hehehe…
  11. Tentang Racist
    Oke, untuk point satu ini sebetulnya saya malas angkat, kenapa? karena cencitip hahaha… tapi karena banyak yang bertanya “Australia rasis kan?” akhirnya saya angkat deh… disini adalah negara multi budaya, ada lebih dari 200 suku bangsa dari seluruh dunia berkumpul, hidup dan berkeluarga disini. Disini sangat ditekankan yang namanya saling menghormati dan menghargai, dan 1 lagi yang pasti adalah hukumnya lebih jelas. Memang… ada beberapa titik dimana beberapa dari mereka rasis juga, tapi percayalah… ga separah di Negara kita, saya besar dengan teriakan CINA LOLE saat di Tegal sana, dan yang baru-baru ini terjadi di Jakarta terhadap salah satu (mantan) Gurbernur masih ingat donk….
  12. Udara dan Air
    Nah… untuk yang satu ini memang tidak tergantikan… beneran tidak tergantikan oleh apa yang kami miliki di Jakarta. Disini udara nya benar-benar bersih dan segar, apalagi kalau ke daerah gunung or pantai nya, beuhhh… weleh.. weleh… Dan untuk airnya, bersih dan bisa langsung diminum dari keran, kaya di Singapura. Istri saya ada alergi logam, jadi kulit dia itu ga bisa kena logam terlalu lama atau akan iritasi. Bagusnya, saya jadi irit hahaha… ga perlu beli kalung, gelang, dan cincin sering-sering :p tapi kasiannya kalau dia kena air yang mengandung logam tinggi, duh… mandi terlalu lama saja bisa iritasi karena bersinggungan dengan air yang mengandung logam terlalu lama. Nah… sejak disini kulit dia membaik jauhhh banget…

Oke… setelah cape ngetik kelebihan yang menurut saya adalah kelebihan, sekarang kita menuju kekurangannya,

  1. Homeless
    Nah…. yang satu ini paling bikin saya geleng-geleng kepala, disini jika kita tidak berpenghasilan atau berpenghasilan dibawah standard, pemerintah tidak akan tinggal diam, kita dibantu loh… walaupun ga banyak tapi bisa buat hidup, sewa rumah dll. Jadi, kalau sampai ada yang memilih menjadi gelandangan… ga ngerti deh saya… orang duit dikasih, sekolah gratis, kesehatan ditunjang, apalagi coba? tapi ya itu urusan mereka sih, dulu saya suka merasa kasian melihat mereka kedinginan, tapi setelah hidup disini agak lama saya mulai mengerti, mereka yang menjadi gelandangan itu bisa saja karena memang itu pilihan hidup mereka. Ihh… jadi gemes liatnya…
  2. Pajaknya Aduhai
    Apa yang saya sebutkan di point 1 tadi mengenai bantuan pemerintah sebetulnya didapatkan darimana sih? dipoint inilah jawabannya hahaha… yup… disini pajak nya aduhai coy… tapi bagusnya ga semua digunakan untuk bantu para orang ga mampu, tapi dipakai juga untuk bangun kota, fasilitas, jalan, dll. Juga untuk membiayai sekolah dan rumah sakit pemerintah agar bisa memberikan pelayanan gratis dengan tetap profesional. Eits… bentar, buat kalian yang sudah berkeluarga seperti saya, masih ada kesempatan untuk tax return setiap tahunnya, ya ga banyak sih tapi lumayan lah…
  3. Dingin…
    Brr… untuk yang satu ini sih ga usah ditanya, kayanya Melbourne itu kedua terdingin deh setelah tasmania. Suhu saat winter bisa nol derajat rasa minus 3. Sampai embun-embun dikaca mobil berubah menjadi es tipis hahaha… tapi so far kami bisa menghadapi hal itu, beberapa perlengkapan musim dingin sudah dipersiapkan istri dan tentunya jadi berasa tinggal di luar negeri hahaha… Yang namanya pakai baju rangkap 3 saat winter sih udah musti saat saya berangkat kerja.
  4. Dendaaa…
    Jangan coba-coba melanggar deh kalau disini… denda nya sakit loh… sakit jiwa hahaha… untuk pelanggaran lalu lintas karena melampaui batas kecepatan saja bisa ratusan dollar Australia dendanya. Dan, mungkin hal ini yang membuat negara ini menjadi tertib ya… ada denda yang parah nyengatnya, tapi ada juga sistem yang membuat semua dana ini disalurkan dengan benar (ya setidaknya sampai sekarang saya tahunya benar, ga dikorupsi gila-gilaan hehehe…)
  5. Rasa makanan
    Hiks… kalau sudah bicara yang satu ini, paling top yang pernah saya rasakan adalah level mendekati, ga bener-bener sama rasanya. Maksudnya buat makanan Indonesia? Ya iyalah… masa makanan India sih… Untungnya, istri cukup handal untuk berkreasi dan memasak, jadi lumayan terobati untuk beberapa makanan. Tapi yang namanya kangen sama empek-empek, tahu gejrot, lengko, gado-gado, kethoprak, rawon, gorengan hhuuaaaaa…. laper…..
  6. Buah-buahan tropis
    Yang satu ini juga bikin kangen, disini yang namanya salak, jambu biji, durian seger udah kaya barang antik nan ajaib. Apalagi saya paling doyan sama 3 buah itu, ya sudahlah tunggu pulang Jakarta saja baru makan, ya iya kalau musim tongg….
  7. Buryam, Nasgor dll
    Disini ga bakalan ada deh yang namanya makanan abang-abang hahaha… kadang kalau sedang dingin dan lapar, kangen juga sama rumah di Jakarta yang depannya sering lewat abang-abang yang jual nasi goreng tek-tek, bubur ayam kalau pagi, sekoteng… ya… beda ladang beda belalang ya… disini harus kreatif deh, antara bikin sendiri atau minta dibikinin huahaha…. *ngelirik ke bini 😛

Ya itulah rangkuman nya… yang panjang ternyata, tapi setidaknya kalian jadi tahu menjadi diaspora itu ga gampang loh… banyak penyesuaian yang harus dilakukan, dan tentunya jauh dari keluarga juga kan, belum homesick nya.

Sebetulnya kalau ditanya enakan hidup dimana, ya tergantung juga, hidup dimana saja ada plus dan minus nya, dan kembali kepada apa yang kita cari ya…, Saya pribadi saat memutuskan untuk merantau tidak untuk mencari hal yang berkaitan dengan saya dan istri, tapi lebih kepada ingin memberikan sesuatu yang menurut kami lebih baik dan bisa didapatkan jika kami berani merantau ke Australia. Merantau itu bagusnya kita jadi punya kesempatan lebih untuk belajar mandiri, bisa melihat dunia luar, bisa belajar untuk lebih berani dan bertanggung jawab secara hidup jauh dari keluarga di negara asing, bisa belajar untuk tegar, berjuang, ga nyerah, dan tabah hahaha… dan bisa merasakan hal lain nya dalam hidup kita yang singkat ini.