Polusi oh… Polusi

Beberapa minggu ini di berita dan sosial media sedang heboh mengenai polusi udara di Jakarta yang kian menggila. Pengukuran yang dilakukan AirVisual ini memberikan sebuah penilaian mengenai buruk tidaknya tingkat polusi sebuah daerah maupun kota, yang kemudian mendorong keisengan saya mengukur tingkat polusi di kota yang kami tinggali saat ini, Melbourne.

Hasilnya cukup membuat shock loh… ternyata bedanya jomplang banget antara Jakarta dan Melbourne. Mau dibilang kota besar, keduanya saya yakin sama dalam hal kota besar itu, yang saya malah sempet berpikir Melbourne kayanya lebih besar deh… tapi balik lagi ke tingkat polusi udara nya yang menurut saya seharusnya selisih ga jauh donk ya…

Ternyata selisihnya parah hahaha… diatas seratus angka, Melbourne saya rasa bisa diangka itu karena banyaknya taman dan area terbuka hijau, kota yang dijuluki kota seribu taman ini memang hijau banget, taman ada dimana-mana, jadi udara nya juga segar. Di sisi lain, sebagian besar penduduk kota ini juga aktif menggunakan public transport yang sebagian besar sudah menggunakan listrik, jadi mengurangi asap juga kan, ditambah public transport yang sangat memadai membuat kenyaman perjalanan pun meningkat.

Nah…. gambar ketiga diatas memang sengaja saya fokuskan di kota Melbourne saja, ternyata di wilayah yang akan kami tinggali kelak polusinya justru lebih rendah lagi, syukurlah… setidaknya impian saya membawa keluarga saya hidup di kota yang lebih rendah polusinya baik udara maupun air tercapai.

Melihat hal seperti ini membuat saya semakin bersyukur, kenapa? karena saya datang dari tempat dimana semua kemewahan ini tidak ada. Mungkin ada beberapa orang yang mulai mengeluh beberapa kota di Australia mulai macet, ini dan itu, tapi bagi saya yang pernah mengalami hal yang jauh lebih tidak nyaman, semua yang ada disini (walaupun memang semakin macet dan padat) masih jauh lebih nyaman dibandingkan apa yang saya alami di Jakarta dulu. Bersyukur itu ternyata obat bahagia loh… dan untuk bersyukur kita harus mampu untuk tidak mengeluh, dan untuk mampu untuk tidak mengeluh cara paling ampuh adalah melihat kebawah bukan keatas. Dengan melihat kebawah tidak lalu membuat kita jadi tidak termotivasi untuk menjadi lebih baik ya… tapi sebaliknya, seharusnya membuat kita menjadi semakin terpacu menjadi lebih baik tanpa menyalahkan keadaan, kalau cukup dewasa.

Bisa hidup di Melbourne menjadi mukjizat sendiri bagi saya, setidaknya keinginan saya untuk membawa keluarga kecil saya agar bisa hidup di kota yang lebih tertib, aman, bersih dan nyaman tercapai, disamping taraf hidup yang juga turut meningkat terlepas dari beberapa hal yang memang harus kami lepaskan di Jakarta, dan diatas semua itu adalah mereka menikmati nya, karena itu penting loh…

Entah kenapa seminggu belakangan ini saya sering terjaga subuh dini hari, mungkin faktor U ya hahaha… tapi aneh juga sih, setiap sudah 5 jam tidur badan saya terjaga sendiri. Itulah kenapa jam segini saya nge-blog, karena bingung mau ngapain. Nonton netflix saya ga hoby sebetulnya, karena saya langganan netflix buat istri saya agar ada hiburan, dan kebetulan anak kedua saya juga suka nonton seperti mama nya. Mau baca-baca artikel teknis mata saya malas, akhirnya ya sudahlah saya nge-blog saja sambil nge-cider.

Eh…. mungkin juga karena saya sedang senang kali ya… lah senang kok malah ga bisa tidur, aneh… tapi bener deh, saya ga bisa tidur tapi merasa rilex, di pekerjaan yang baru ini so far saya enjoy, waktu yang cepat berlalu menjadi salah satu tanda kalau saya menikmati pekerjaan ini walaupun ada beberapa catatan. Terus, tax return saya juga sudah balik dengan angka diluar perkiraan saya, lumayan bisa ditabung hehehe… trus yang paling penting adalah keluarga saya merasa bahagia sejauh ini dengan tinggal di Melbourne dan itu membuat kebahagiaan yang saya rasakan juga semakin tinggi.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.